NASIONAL – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya langkah mitigasi untuk mengantisipasi dampak konflik Iran-Israel terhadap sektor industri nasional. Salah satu fokus utama adalah ketergantungan industri dalam negeri terhadap energi impor, yang digunakan sebagai bahan baku dan input dalam proses produksi.
“Energi bagi industri adalah sesuatu yang vital, tidak hanya sebagai sumber energi produksi, tetapi juga sebagai bahan baku dalam proses produksi,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu.
Agus menjelaskan, jalur logistik global yang melewati wilayah Timur Tengah kini terganggu akibat konflik terbuka, sehingga berpotensi memutus rantai pasok bahan baku industri Indonesia. Ia juga memperingatkan dampak lanjutan berupa gejolak nilai tukar mata uang yang bisa mendorong inflasi harga input produksi dan menurunkan daya saing produk ekspor.
“Karena itu, industri dalam negeri diminta lebih efisien dalam penggunaan energi. Penggunaan energi dari berbagai sumber secara efisien dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri. Ini sekaligus mendukung kedaulatan energi nasional sebagaimana telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo,” ujarnya.
Lebih jauh, Kementerian Perindustrian juga mendorong pelaku industri untuk mendiversifikasi sumber energi agar tidak hanya bergantung pada energi fosil impor, terutama dari kawasan Timur Tengah yang kini berisiko tinggi karena situasi geopolitik.
Kemenperin juga terus mendorong sektor manufaktur untuk memproduksi alat dan komponen pendukung ketahanan energi nasional, seperti mesin pembangkit, infrastruktur energi, hingga teknologi energi terbarukan.
Tak hanya di sektor energi, Agus juga menyoroti pentingnya hilirisasi produk agro sebagai respons terhadap dampak ekonomi global dari konflik Iran-Israel. Ia menyebut, lonjakan biaya logistik, inflasi global, dan fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah telah meningkatkan harga bahan baku dan produk pangan impor.
“Maka jawabannya adalah hilirisasi produk pangan dalam negeri. Industri kita harus mengambil peran dalam memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan domestik agar tidak terus bergantung pada bahan baku pangan impor,” tegasnya.
Ia menambahkan, hilirisasi sektor agro akan mendorong inovasi teknologi produksi pangan yang lebih efisien dan menghasilkan nilai tambah lebih tinggi di dalam negeri. Hal ini juga menjadi bagian dari program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Menperin juga mengimbau agar industri dalam negeri memanfaatkan fasilitas Local Currency Settlement (LCS) dari Bank Indonesia. Fasilitas ini dinilai efektif untuk meredam dampak gejolak nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian global yang dipicu konflik di Timur Tengah.