BGN Soroti Minimnya Layanan Gizi di Pesantren, Dorong Percepatan Infrastruktur Makan Bergizi Gratis

Deputi Promosi dan Kerja Sama BGN Nyoto Suwignyo pada Gerakan Nasional Makan Bergizi Santri dan Siswa Madrasah di Yayasan Al Jihad Shalahuddin Al Ayyubi. (Dok. Ist)

Faktalampung.id, NASIONAL – Badan Gizi Nasional (BGN) menyoroti pentingnya percepatan penyediaan infrastruktur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di lingkungan pondok pesantren dan madrasah. Hal ini didasari oleh data yang menunjukkan bahwa jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut masih sangat terbatas.

Dalam acara Gerakan Nasional Makan Bergizi Santri dan Siswa Madrasah di Yayasan Al Jihad Shalahuddin Al Ayyubi, Jakarta Utara, pada hari Kamis, Deputi Promosi dan Kerja Sama BGN, Nyoto Suwignyo, memaparkan data yang mengkhawatirkan. Dari total 2.172 SPPG yang sudah beroperasi di seluruh Indonesia, hanya 21 di antaranya yang berada di pondok pesantren.

Nyoto Suwignyo menegaskan bahwa tantangan pemenuhan gizi masih menjadi isu krusial di banyak pesantren.

“Tantangan di pondok pesantren dan madrasah itu, sebagian pesantren desa masih mengalami pola makan tidak seimbang, terbatasnya akses makan bergizi, dan rendahnya literasi gizi yang menjadi hambatan bagi Indonesia maju,” katanya.

BGN menyatakan apresiasi dan dukungan penuh terhadap setiap inisiatif pesantren dan madrasah yang mulai menyelenggarakan MBG. Menurutnya, ini adalah wujud sinergi strategis antara Majelis Ulama Indonesia (MUI), pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan generasi masa depan yang sehat, cerdas, kuat, dan produktif.

Ia juga memberikan contoh nyata mengenai dampak dari kurangnya perhatian terhadap gizi santri, yang ditemukan melalui sebuah riset sederhana.

“Pernah ada penelitian sederhana di suatu pesantren, hasilnya ada 19 santri terkena anemia (kurang darah merah), sehingga pesantren ini kami harapkan dengan adanya MBG harus bisa menjadi lebih baik,” paparnya.

Untuk mempercepat realisasi layanan gizi di pesantren, BGN menyarankan agar MUI proaktif dalam mengidentifikasi dan mengajukan titik-titik lokasi pesantren atau madrasah yang diprioritaskan untuk pembangunan SPPG. Kolaborasi menjadi kunci untuk memastikan program ini berjalan efektif.

“Prinsipnya, kami ingin komponen yang berhubungan dengan pesantren bisa berjalan bersama-sama,” tuturnya.

Sebagai informasi, kegiatan Pekan Makan Bergizi Gratis di Yayasan Al Jihad Shalahuddin Al Ayyubi ini akan berlangsung selama satu pekan penuh. Program ini akan menyasar 240 pelajar madrasah dan 460 santri. Program ini terwujud berkat kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk MUI, Badan Pangan Nasional, BSI, Pelindo, dan Rumah Zakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *