Gadget Bisa Ganggu Kehangatan Keluarga, Psikolog Ingatkan Pentingnya Interaksi Langsung

lustrasi. Kegiatan peringatan Hari Keluarga Nasional 2025 tingkat Kota Magelang di Kompleks Taman Kyai Langgeng Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (25/6/2025). Dok. Istimewa

NASIONAL – Hidup serba cepat di era digital memudahkan banyak hal, tapi juga bisa merenggangkan hubungan keluarga jika tidak digunakan dengan bijak.

Di zaman modern yang serba digital seperti sekarang, masyarakat sudah terbiasa melakukan berbagai aktivitas dengan cepat dan instan. Mulai dari pekerjaan hingga kebutuhan rumah tangga kini bisa diselesaikan hanya lewat satu perangkat digital. Namun, kemudahan itu ternyata juga membawa dampak lain, terutama dalam kehidupan keluarga.

Psikolog klinis anak, remaja, dan keluarga lulusan Universitas Indonesia, Roslina Verauli M.Psi, menyebutkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam keluarga bisa menjadi pisau bermata dua. “Keluarga pada era modern bukan yang antiteknologi. Mereka justru harus bisa memanfaatkan dan menavigasi teknologi dengan bijak agar hubungan keluarga tetap sehat,” jelas psikolog yang akrab disapa Vera ini.

Vera menjelaskan, kemudahan komunikasi yang ditawarkan oleh teknologi digital, seperti smartphone dan tablet, bisa mempercepat komunikasi, tapi juga berisiko menimbulkan masalah jika tidak digunakan dengan bijak. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah gangguan interaksi langsung antaranggota keluarga.

“Misalnya, ketika seseorang sedang berbicara tapi lawan bicaranya malah sibuk main gadget. Ini membuat tidak adanya interaksi emosional yang terbangun,” kata Vera.

Fenomena gangguan interaksi ini juga dikenal sebagai technoference, istilah yang pertama kali dikemukakan oleh McDaniel & Coyne pada tahun 2016 dalam Journal of Child and Family Studies. Technoference menggambarkan gangguan hubungan sosial akibat terlalu sering menggunakan perangkat teknologi seperti ponsel dan tablet.

Lebih lanjut, dalam Psychology of Popular Media Culture yang ditulis oleh Roberts & David tahun 2017, dijelaskan pula fenomena yang disebut parental phubbing, yakni ketika orang tua terlalu fokus pada ponsel dan mengabaikan kehadiran anak. Akibatnya, anak merasa tidak diperhatikan dan hubungan emosional dengan orang tua menjadi renggang.

“Parental phubbing ini menyebabkan hilangnya kehangatan hubungan antara orang tua dan anak, bahkan bisa memicu emosi negatif karena anak merasa tidak penting,” tambah Vera.

Untuk itu, Vera menyarankan agar setiap anggota keluarga mulai menyadari pentingnya waktu berkualitas tanpa gangguan teknologi. Mengatur waktu penggunaan gadget, terutama saat berkumpul dengan keluarga, bisa membantu menjaga kehangatan hubungan di rumah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *